Ngomongin tentang sepeda(ontel)
banyak sekali halyang pernah aku alami, entah itu menyenangkan ato menyedihkan.
Mau cerita yang sedih ato menyenangkan dulu?? Hmm.. kayaknya mending yang
menyedihkan dulu ye, lebih asik mungkin. Nih,, pertama kali aku dibelikan
sepeda saat itu pas aku duduk dibangku TK, awalnya aku memang ga kepikiran
pengen dibelikan sepeda, tetapi pas maen, aku liat temen seumuranku yang punya
sepeda baru, dia keliatan girang dan gaya banget, lha pas liat temenku pake
sepeda baru itu, hati ku panas banget. Langsung aku lari ke rumah, sampai di
rumah aku langsung menangis sekenceng-kencengnya (maklum dulu aku cengeng
banget, kalo sekarang engga). Dengan kebingungan, bapakku nyamperin aku, dan
dengan seenaknya aku minta dibelikan sepeda baru(masih dalam posisi menangis),
awalnya bapakku menolak, mendengar hal itu, tangisanku semakin menjadi-jadi.
Dan dengan spontan bapak ku mengatakan, “iyo-iyo, sesok dak tukokne, saiki
menengo, le.” (iya-iya, besok saya belikan, sekarang diem dulu nangisnya).
Whaa,, yang awalnya hatiku kecewa banget langsung berubah menjadi girang
banget.
Oke,,,
langsung aja. Setelah dibelikan sepeda warna biru(sesuai warna kesukaanku,
dong). Aku langsung menjajal di depan rumah, dengan bangga aku mondar-mandir
pake sepeda baruku, tetapi karena masih belajar, sepedaku saat itu masih
menggunakan dua roda kecil disampingnya. Ibaratnya roda empat itu kaya ATV lah.
Hingga dua minggu setelah beli sepeda itu, aku masih pake sepeda roda empat,
padahal teman-teman sebayaku sudah dengan handal menngendarai sepeda roda dua.
Nah dari situ aku sering diejek, gini katanya, “Nis, mau sampai kapan kamu pake
sepeda roda 4? Mau sampe SD?. Dari ejekan temenku itu aku jadi pengen menjajal
sepeda roda 2, awalnya aku naek sepeda roda 2 sambil bapakku memegangi bagian
belakang sepedaku, agar aku tidak terjatuh. Saat dilepas oleh bapakku beberapa
kali aku terjatuh, saat itu aku gembeng/cengeng jadi saat jatoh aku selalu
nangis. Karna saat itu aku belum bisa naik sepeda roda 2, kalau kemana-mana aku
hanya berjalan kaki saja meskipun lebih capek, seenggaknya aku gak diejek-ejek,
ibaratnya aku lebih memilih harga diri dari pada kecapekan fisik.
Semakin hari
aku semakin rajin berlatih, kondangnya aku udah bisa naik roda dua setidaknya
cuman maju sekitar 2-3 meter saja, setelah itu jatohh!! Nah,,,aku berpikir kalo
diawal aku menggenjot lebih cepat aku pasti bisa melaju lebih baik, dari situ
aku punya akal kalau aku harus berlatih di jalan yang menurun(ndronjong). Saat
itu pun aku memilih tempat berlatih di dekat rumahku, aku belajar sendiri saat
itu karena otomatis saat itu bapak/ibuku selalu bekerja. Saat memulai latihan
pun aku selalu lihat kondisi dan situasi terlebih dulu, aku harus memilih saat
kondisi sepi, soalnya jika aku ketahuan temen-temenku kalau aku sedang latihan
naik sepeda roda 2 kan malu juga. Nas, sampai di lokasinya aku langsung bersiap
dan langsung tancap gas dengan mulus dan dengan kecepatan di atas rata-rata.
Aku pikir cara itu adalah cara yang bagus, sehingga aku berulang kali mencobanya.
Nah dihari yang berbeda, aku kembali berlatih di lokasi yang sama, entah lagi
sial ato bagaimana, saat aku melaju kencang, aku kehilangan kendali dan
langsung saja aku menabrak pagar dekat jalan itu, dan mengakibatkan bibirku
berdarah. Aku nangis sejadi-jadinya sampai tetanggaku menolongku untuk kembali
ke rumah, sampai di rumah ortuku kagetttt, dan bibirku belum berhenti berdarah,
karena panik, bapak/ibuku langsung membawaku ke RSUD Sleman. Pastinya
diperjalanan aku menangis dan (seingatku) ibuku juga nangis, sampai di RS aku
ditangani dokter, bibirku langsung dijahit (uuhh sakitnya minta ampun), dan
kalau dilihat-lihat bekas jahitannya pun sampai sekarang masih
kelihatan(dibibir ku sebelah kiri atas ada jendolannya). Setelah kejadian itu
aku sedikit kapok dan trauma naik sepeda lagi.
Lanjut kejadian
menegangkan saat SMP. Saat EsEmPe aku selalu naik sepeda saat berangkat ato
pulang sekolah, aku sekolah di SMPN 3 Sleman, lokasinya berjarak 2km dari
rumahku, dan SMP ku berada di pinggir jalan Magelang. Otomatis saat berangkat
ato pulang sekolah aku selalu menyeberangi jalan Magelang yang cukup ramai. Nah
saat itu aku duduk di kelas 9, pagi-pagi seperti biasa aku berangkat sekolah
dengan sepedaku kesayanganku, saat itu aku akan menyeberangi jl. Magelang,
entah karena ketololanku ato kesialanku saat menyebrang tiba-tiba dari sisi
kananku ada motor yang ngebut menuju ke arahku, tentu saja aku tertabrak dan
terkapar di tengah jalan raya yang ramai itu, dengan bingung aku langsung
bangkit berdiri dan berjalan ke sisi pinggir jalan raya itu. Nah, para warga
pun mulai berdatangan untuk menolongku, dan untung saja saat itu aku hanya luka
ditanganku saja dan tali di tas ku juga putus. Lalu warga sekitar menghubungi
ortu ku, dengan cepat aku langsung diijemput bapak,ibukku. Saat masih di rumah
warga itu tiba tiba ibukku memeluku sambil nangis, kejadian itu bukannya
membuatku lega malah membuatku malu, gimana gak malu? Anak udah segede ini
masih ditangisi di depan banyak orang(hmm..gapapa deng, itu justru menunjukkan
kalo emakku masih sayang ama aku,hehe). Dan setidaknya, dari kejadian itu aku
mendapat sedikit keuntungan yaitu tidak masuk cekoyah sehari, haha(impian yang
terwujud). TAMAT/THE END/BUBAR.
Dan saat ini
aku sudah duduk di kelas 11, di SMA Kolese De Britto, Yogyakarta. Tentunya saat ke
sekolah aku sudah naik motor sendiri, otomatis sepeda Polygon Merah
kesayanganku itu sudah jarang aku gunakan, dan secara tiba-tiba enyak dan babe
ku menjual sepeda yang penuh kenangan itu ke temennya bapakku. Gimana gak sedih? Selama
tiga tahun sepeda itu selalu menghiasi hari-hariku yang penuh dengan kenangan.
Dan harapanku semoga aku dapat bertemu dan menunggangi sepeda ku itu lagi. :’(
Nah,,,itu
tentang pengalaman ku bersama sepedaku. Mungkin dihari esok akan ada beberapa
pengalamanku yang tak terlupakan, entah pengalaman senang ato sedih....
0 komentar:
Posting Komentar